Jul 26 2016


Kudeta

Filed under Power,Public affairs

Mengapa orang bisa sangat berhasrat merebut kekuasaan dari pemerintah yang sah?

 

Ada beberapa kemungkinan yang dapat dibayangkan. Pertama, orang semata-mata tak suka kepada pemerintah itu, dan nafsunya memang gede untuk menjadi penguasa. Melihat bahwa kekuatannya juga gede, yakin dapat melengserkan penguasa itu, mereka melakukan kudeta. Penyebab ketidaksukaan itu bisa ideologis (kapitalis, sosialis, Islamis, nasionalis, tradisionalis, sukuis dll.), bisa psikologis: harusnya aku yang berkuasa. Dia suka mengkhayalkan kekuasaan dan kebesaran dirinya(megalomania).1)

 

Ke-dua, keadilan. Sekalipun pemerintah dibentuk secara legal (sah), tapi orang menganggapnya sebagai tidak adil. Seharusnya bukan dia yang berkuasa. Misalnya, dalam sistem kerajaan, anak lelaki pertamalah yang biasanya menjadi raja. Jika raja yang mau lengser/meninggal tidak memiliki anak lelaki, maka biasanya adik-lelakinya, dst. Nah, dalam kondisi terakhir ini, jika raja kemudian mengangkat anak-perempuannya sebagai ratu, maka pasti ada yang menganggapnya tidak adil –atau bahkan tidak sah,karena berbeda/bertentangan dengan kebiasaan, aturan tak tertulis (konvensi) atau tradisi. Yang sah saja seringkali tidak adil, apalagi yang tidak sah pasti tidak adil. Raja yang menjadi raja dengan tidak sah seperti ini akan menghadapi kelompok yang potensial untuk mengkudetanya.

 

Jika anda menjadi presiden dengan cara curang (ini juga tidak adil), maka anda akan cenderung dikudeta.  Anda menjadi lurah, bupati atau gubernur dengan cara main paksa dan pukul, main suap, anda berpotensi untuk didongkel –seberapa kecilnya pun kemungkinan itu. Jika anda diangkat oleh parlemen untuk menjadi presiden seumur hidup, maka ini tidak adil, dan anda pasti akan dijungkalkan. Parlemen memang lembaga yang berhak membuat keputusan apapun tentang negaranya, tapi substansi keputusannya bisa saja keliru. Lembaganya sah, prosesnya sah, tapi substansinya tidak adil (meskipun juga sah). Yang diangkap tidak adil pastilah menjengkelkan, dan kejengkelan yang bertumpuk-tumpuk lama akan meledak menjadi kudeta.

 

Ke-tiga, kebijakan-kebijakan anda tidak memuaskan. Sekalipun anda menjadi pemimpin dengan proses yang luber-jurdil, tapi kemudian anda membuat kebijakan-kebijakan yang tidak menyenangkan rakyat, maka anda bisa didongkel. Sebaliknya, jika anda tampil sebagai pemimpin secara illegal dan bahkan bengis sekalipun, anda akan dicintai rakyat jika anda mampu memuaskan mereka dan lebih-lebih jika anda selalu adil. Beberapa presiden yang duduk di kursinya melalui kudeta dapat lama berkuasa, karena kebijakan-kebijakannya memang jitu dan disukai rakyat. Jadi, ada saatnya rakyat tidak melihat cara anda menjadi pemimpin, melainkan bagaimana anda memimpin.

 

Ke-empat: adakah yang lain….?

 

Bagaimana sekelompok orang mengkudeta seorang/suatu penguasa?

 

Seseorang akan bergerak melakukan kudeta jika memiliki kawan yang cukup banyak dan kuat untuk melakukan itu, dan dia yakin pasti berhasil. Selain itu dia pastilah sudah memiliki rancangan, apa saja yang akan dilakukannya pada hari-hari pertama pasca kudeta, pada dua-tiga bulan sesudahnya, setahun kemudian, lima tahun setelah itu dan dalam jangka panjang.

 

Pengkudeta pasti memiliki rencana detail, matang, didukung sumberdaya yang memadai. Jika perencanaannya salah, tidak matang, tergesa-gesa, tidak didasarkan pada informasi yang benar, terlalu percaya diri, kemungkinan besar kudetanya akan gagal, dia sendiri yang akan mati dibunuh oleh penguasa yang mau dijungkalkannya –setidaknya akan melarikan diri, terusir dari tanah kelahiran yang diinginkannya untuk diperintah/dikuasainya.

 

Termasuk dalam “dukungan sumberdaya” itu adalah dukungan rakyat dan dukungan dari pemerintah/penguasa dari negara lain. Kudeta yang gagal pastilah karena tidak adanya dukungan ini.

 

Mungkin hanya segitu… Are you ready…? J

 

 

(Selasa 26 Juli 2016 di Tuguran yang hujan)

 

Note:

1) “Megalomania adalah suatu kondisi psiko-patologis ditandai dengan fantasi delusi kekuasaan, relevansi, atau kemahakuasaan. Megalomania, juga bisa dikatakan sebagai “narcissistic personality disorder”, penyimpangan kepribadian karena menghargai diri sendiri atau kelompoknya secara berlebihan. Jika, perilakunya diikuti tindakan anarki, maka bisa dikatakan juga memasuki wilayah psikopat, sebab telah mengabaikan norma-norma sosial yang berlaku. Mereka menggunakan norma-norma sendiri hasil dari tafsirnya sendiri.” (https://psikologi2009.wordpress.com/2012/02/15/psikologi-megalomania-dan-perilaku-anarki/, dibuka 26 Juli 2016).

 

Comments Off on Kudeta